Sabtu, 31 Januari 2009

Pesan Pesanku Jika Aku Mati Oleh ; Subhan ibn Abdullah

Bismillahir rahmanir rahiem,Keluargaku yang kusayangi,Aku tidak tahu kapan Sang Pemilik jiwaku ini memanggilku. Namun demikian rasa khawatirku untuk tidak meninggalkan kesusahan dan keburukan sepeninggalku, telah mendorongku untuk berwasiat kepadamu sekalian.Hendaklah kamu sekalian tidak bersedih hati dengan apa saja yang luput darimu dan tidak pula meratapi apa2 yang telah ditakdirkan Allah (swt) agar menjadi bagian dari kisah kehidupan di dunia ini. Kematianku tidaklah berbeda dengan kematian manusia lainnya. Yang demikian adalah karena setiap yang bernyawa pasti akan mati.

[1] Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku tidak dapat memberi jaminan hidup atas hidupku sendiri sebagaimana aku tidak dapat memastikan apa yang dapat kita lakukan esok hari dari rencana2 kita. Yang demikian adalah karena kita adalah hamba2 Allah yang tidak memiliki sedikitpun kekuasaan dan kemampuan kecuali sekedar apa yang diberikan-Nya yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.Jika aku mati, hendaknya kamu sekalian tidak panik. Kematian adalah perkara biasa yang orang lain juga menghadapinya. Uruslah jenazahku dengan kemampuan terbaik kalian. Jika aku sempat mandi sebelum aku mati, maka hendaklah tidak seorangpun yang mengulanginya. Kewajiban kalian adalah menutupi bagian2-ku yang masih terbuka dengan kain (kafan). Jika tidak, maka mandikan dan bersihkanlah bagian2 yang penting sebelum kalian mengkafaniku sehingga aku layak untuk menghadap Allah (swt).Jika hanya seorang dari kalian yang ada di sisiku pada saat kematianku, hendaklah kamu memberitahu tetangga terdekat yang sekiranya mereka dapat membantu menguruskan jenazahku atau mereka memberitahu orang lain yang layak untuk memandikan dan mengkafankan jenazahku. Untuk hal ini, hendaklah mereka termasuk orang2 yang amanah yang dapat menjaga aurat dan aibku dengan baik.Di bumi mana aku mati, maka tempat yang paling layak dan paling baik bagi jenazahku adalah tanah perkuburan yang terdekat dengan tempat kematianku. Yang demikian lebih aku sukai agar tempatku termasuk hal2 yang akan dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah aku kerjakan buat agama ini. Oleh karena itu, janganlah se-kali2 kalian mencoba mengangkut atau membawa jenazahku lebih jauh dari tempat itu.Dan jangan biarkan jenazahku menunggu. Jangan pula seorang dari kalian, orangtua, sanak famili, sahabat, handai tolan dan kawan2 baikku dijadikan alasan untuk menunda jenazahku masuk liang lahat. Selain perkara ini tidak membebani mereka yang mengurus jenazahku, hal itu juga lebih baik bagi mereka yang datang kemudian.Jika yang datang kemudian adalah dari golongan orang2 yang sholeh, maka sudah tentu mereka akan tahu cara menolongku dengan pertolongan ghaib. Sebaliknya, jika yang datang kemudian adalah orang2 yang belum sempurna agamanya, maka hal itu tidak akan menambah kesalahan dan dosa mereka. [2]Tahanlah lisan kalian dalam mengekspresikan rasa bela sungkawa atau duka cita kalian. Meskipun aku rela kamu mencurahkan air matamu, tetapi janganlah se-kali2 kamu meratap atau mengeluarkan kata2 kesedihan. Yang demikian adalah karena selain hal itu akan menyusahkanku di kubur, hal itu juga akan menjadi dosa bagimu.Berserah dirilah kepada Allah (swt) tidak saja dalam urusan rezekimu, tetapi juga dalam semua aspek kehidupanmu. Yakinlah dengan keyakinan yang bulat bahwa Allah (swt) maha cermat dalam mengurus semua makhluk-Nya. Dia mustahil ceroboh sebagaimana Dia mustahil berbuat zhalim kepada ciptaan-Nya sendiri. Karena itu, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat [4].Tidak ada warisan terbaik yang dapat aku tinggalkan kepada kalian selain aku telah berusaha dengan segala daya agar kalian terbiasa berada di jalan Allah. Dan meskipun aku seringkali gagal dalam memberi kalian warisan akhlak yang agung sebagaimana akhlak Rasulullah (saw), tetapi paling tidak kalian telah mengetahui bagaimana cara menghadirkannya jika kalian mau. Dan sekiranya ada benda2 yang aku tinggalkan pada kalian, maka orang terbaik diantara kalian adalah dia yang paling tidak memerlukannya.Keluarga-ku, jika kelak kalian merindukanku, maka pasti dan pasti kalian akan menjumpaiku di akhirat hanya jika Allah (swt) ridho kepada kalian. Yang demikian adalah jika aku tercampak ke dalam neraka, maka sebagai ahli surga kalian dapat dengan mudah menziarahiku [5]. Sebaliknya, jika dengan rahmat-Nya, Allah (swt) memasukkanku sebagai salah seorang ahli surga, maka sesungguhnya tiada halangan apapun antara sesama ahli surga untuk saling menziarahinya.Dan jika datang kepadamu orang2 agar kalian mengikuti cara hidup lain selain yang telah diajarkan oleh Rasulullah (saw), maka kuatkanlah keyakinan kalian dan gigitlah erat2 agama (Islam) ini dengan gerahammu dan katakan dengan tegas dan tekad yang bulat, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia dari golongan orang musyrik." [6]La ilaha illallah Muhammadur rasulullah. Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhim. Subhanallah.Catatan kaki:[1] Tiap2 yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs al Ankabut 29:57)[2] Termasuk di dalamnya adalah dengan melakukan sholatul ghaib dan membicarakan kebaikan2 mayyit.[3] Termasuk di dalamnya adalah orang2 yang lemah batin saat melihat mayyit sehingga melakukan hal2 yang tidak syar'i seumpama meratap dlsb.[4] Hai orang2 yang beriman, mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang2 yang sabar. (Qs al Baqarah 2:153)Dan mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang2 yang khusyuk. (Qs al Baqarah 2:45)[5] Dan penghuni2 surga berseru kepada penghuni2 neraka (dengan menziarahi mereka sambil mengatakan), "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab, "Betul." (Qs al A'raf 7:44)[6] Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik." (Qs al Baqarah 2:135)

Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah(Mohon maaf dari Penjaga Kebun Hikmah atas adanya sedikit perubahan dari tulisan aslinya)

Lowongan di akhirat

www.kebunhikmah.com


Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima !LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :A. Penghuni Syurga B. Penghuni Neraka UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :1. Nikmat kubur.2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (HR Muslim). Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’ Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega. Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda, “Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” M(HR Muslim). Rasulullah saw bersabda, “Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal).Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya. SYARAT-SYARAT PELAMAR - Tidak diperlukan ijazah- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.- Tidak perlu bawa harta- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi.Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.WAKTU WAWANCARA :Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu. Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu. LOKASI DAN LAMA WAWANCARAWawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabannya). PEWAWANCARA:Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari KemudianWAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :1. Siapa Tuhanmu ?2. Apa agamamu ?3. Siapa nabimu?4. Apa kitabmu?5. Dimana kiblatmu ?6. Siapa saudaramu?Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.CARA MELAMAR:Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).BENARKAH LOWONGAN INI ?Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari) Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.MAU MELAMAR KE POSISI B ?Mudah saja, hiduplah sesuka anda...Sumber : NN

Isyarat kematian oleh : Ibnu Nawawi

www.eramuslim.com
Saudaraku, ilmu melepaskan kita dari kebodohan dan kebidahan,sedangkan ikhlas menyelamatkan kita dari riyanya amal.Tidak ada balasan bagi seseorang yg memiliki ilmu namun tidak diamalkan dan didakwahkan melainkan naar sebagai balasannya,dan celakanya,ia kan berada jauh dari syurga Allah sampai wanginya pun tidak dapat diciumnya.Dan Saudaraku,sia-sia lah bagi seseorang yg beramal tanpa adanya keikhlasan dan sunnah(ilmu) yg benar. Bahkan celakanya bisa menghancurkan amal tersebut dan cenderung kepada kebid'ahan.
Saudaraku ... pernah seseorang bertanya kepada seorang ustadz, apakah piring yang tiba-tiba retak atau lukisan yang tiba-tiba jatuh dan pecah menandakan akan sebuah kematian. Ustadz itu pun berkata... Kalo memang isyarat kematian seperti itu, akan sangat sulit diprediksi.... Namun ada sebuah isyarat yang benar-benar menandakan kematian seseorang , Isyarat kematian seseorang yang paling hak adalah ketika orang itu dilahirkan ke dunia ini. Tidak perlu menunggu sebuah piring atau lukisan jatuh, atau menunggu kepala berkedut-kedut.Benar saudaraku.... setiap kehidupan akan diakhiri dengan kematian..... itulah isyarat kematian yang paling hak.
Saudaraku....apakah ada yang dapat menjamin kapan kematian itu tiba....??? Apakah kematian seseorang akan tertunda jika ia berlindung kepada para dokter-dokter ahli, atau berlindung dibalik istana yang dijaga oleh para pengawal -pengawal yang kuat... laa akhi... Wallahi ...jika Izroil datang, sungguh tiada satu orangpun yang bisa menunda satu perkara ini.
Saudaraku, perbanyaklah mengingat perkara ini....Setiap hari kita diperlihatkan dengan perkara ini, apakah tidak bisa mengambil hikmahnya...Padahal kematian adalah nasehat yang paling berharga....begitu besar hikmah yang terkandung disana.....Mobil mewah yang sering diusap-usap, harta, rumah megah semuanya akan ditinggalkan. Itulah akhir sebuah kehidupan dunia... dan awal kehidupan akhirat....
Sungguh beruntung bagi orang yang menjadikan kehidupan dunianya dengan banyak beramal sholeh, menghabiskan waktunya untuk mencari Ridho Allah semata. Karena baginya kematian adalah cita-cita..... Cita cita yang harus diraih dengan sebaik-baiknya... dan sebaik-baik kematian adalah karena syahid di jalan Allah.....
Saudaraku.... jika seseorang bertanya kepada kita... ingin berapa lama kita hidup di dunia ini, apa jawaban kita??? Mungkin ada orang yang menjawab 100, 200 atau bahkan 1000 tahun lamanya, tapi apa ujung dari semua itu? Benar akhi... akhirnya adalah kematian...Oleh karena itu saudaraku.... jadikanlah kematian kita kematian yang terbaik.... karena setelah kematian, pintu tobat sudah tertutup, tidak ada lagi amal yang bisa kita lakukan, dan setelah kematian.... setiap diri akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan oleh Allah kelak.
Saudaraku ... semoga Allah memberikan kepada kita keistiqomahan dalam diin ini sampai akhir hayat kita di dunia ini. Dan diberikan kekuatan dan kesabaran dalam beriman dan beramal sholeh. Amiin
Jakarta,JeryAllahuma innaa nas alukal Jannah wamaa qorroba ilayhaa min qowlin wa 'amalWa na'uudzubika min 'adzaabi jahannam wamaa qorroba ilayhaa min qowlin wa 'amal

Cukup kematian itu sebagai nasehat..Oleh ; Hapy romadhan

www.glikosida.blog.friendster.com

Dihempas gelombangDilemparkan anginTerkisah ku bersedih ku bahagia
Di indah duniaYang berakhir sunyiLangkah kaki di dalam rencana-Nya
Semua berjalan dalam kehendak-NyaNafas hidup cinta dan segalanya
Reff:Dan tertakdir menjalani segala kehendak-Mu ya RabbiKuberserah kuberpasrahHanya pada-Mu ya Rabbi
Dan tertakdir menjalanisegala kehendak-Mu ya RabbiKuberserah kuberpasrahHanya pada-Mu ya Rabbi
Bila mungkin ada luka Coba tersenyumlahBila mungkin tawa Coba bersabarlahKarena air mata tak abadiAkan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasaMungkinkah hati merindukan DiaKarena hanya dengan-Nya hati tenangDamai jiwa dan raga
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)


“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”
Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan
www.dakwatuna.com
U/seorang yang telah kembali pada pemilikNYA
Ya ALLOH ampunilah segala dosanya
lapangkanlah & terangilah kuburnya
Berilah beliau teman amal terbaiknya
Terimalah beliau dan beri tempat yang baik disisimu
jadikanlah kami hamba-hamba yang ikhlas menerima takdirmu
Dan bisa mengambil pelajaran pada tiap jalan takdir yang Engkau berikan
Dan kumohon pertemukan dan kumpulkan kami kelak di jannahMU…amin

Nasehat kematian Umar bin Abdul Azis

http://www.asyhadione.wordpress.com/

Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar, Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari kubur jenazah tadi. beberapa sahabatnya bertanya, “wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau menjadi walinya. Engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis, dan berkata, “Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. Pemudanya akan menjadi renta, dan yang hidup didalamnya akan mati. Celakalah yang tertipu olehnya.Janganlah kau tertipu oleh dunia. Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia.Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungainya dan menghiasinya dengan pepohonan, lalu tinggal didalamnya dalam jangka waktu sangat pendek. Mereka tertipu, menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya – tak boleh begini dan begitu –, dan banyak orang yang dengki kepadanya.Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan terhadap tubuhnya? Apa pula yang diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan anggota tubuhnya?Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga yang mengelilinginya. Diatas kasur yang empuk dan pembantu yang setia. Keluarga yang memuliakan dan kekasih yang menyertainya.Tetapi ketika semuanya berlalu, dan maut datang memanggil, lihatlah betapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya. Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari kekayaannya? Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya?Tanyalah mereka tentang lisan, yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. Juga tentang mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan.Tanyakan tentang kulit yang lembut dan wajah yang menawan serta tubuh yang indah… apa yang dilakukan cacing tanah terhadap itu semua? Warnanya pudar, dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya terlumuri tanah. Hilanglah keindahannya. Tulang meremuk, badan membusuk dan dagingnya pun tercabik-cabik.Dimanakah para punggawa dan budak-budak? Dimana kawan… dimana simpanan harta benda? Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur, bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun. Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. Kini ia tenggelam dibawah benaman tanah.Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan menjijikan? Bukankah sama saja bagi mereka; siang dan malam? Bukankah sekarang mereka tenggelam dalam pekatnya kegelapan? Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang tercinta.Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya hancur. anggota badannya tercerai berai. Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah. Binatang-binatang tanah mengerubuti jasad mereka, sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. Hingga akhirnya tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja.Mereka telah meninggalkan istananya. Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit. Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi orang lain. Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan. Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli warisnya.Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya. Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya didalam kubur. Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang kubur. Menyesali apa yang telah mereka kerjakan”. Umar lalu menangis dan berkata, “Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana dunia bisa menipumu? Dimana kafanmu… dimana minyak (wewangian untuk orang mati)mu, dan dimana dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi.Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku? Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?”.Ia menangis dan terus menangis, lalu pergi . Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia meninggal. Semoga ia dirahmati Allah.

Nasehat di balik kematian

www.mta-online.com


Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati .”(QS. Luqman:34)Tidak ada keraguan bahwa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini pastilah mati. Dan Yang Maha kekal adalah Allah S.W.T, tiada Tuhan kecuali Ia dan akan tetap hidup tanpa mengenal kematian, hanya Ialah yang berhak untuk menghidupkan dn mematikan seluruh ciptaan-Nya.“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-'Araaf : 34).Tidak ada seorangpun yang mempunyai kemampuan untuk memajukan kematian walaupun hanya sebentar dan tidak ada seorangpun yang sanggup memundurkan kematian walaupun hanya sedetik. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. “ (QS. Ali Imran: 185).Kematian pastilah akan menjumpai siapa pun dan dimana pun kita berada. Kematian tak mengenal tak memilih antara si kaya dan si miskin, orang yang punya jabatan atau tidak, tidak mengenal umur, baik tua, muda, remaja, anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir. Kematian orang yang terdahulu pasti akan kita lalui juga, hanya entah kapan waktunya tiap-tiap manusia pastilah mempunyai waktunya sendiri-sendiri. Setiap orang pastilah akan merasakan sakaratul maut. Dan sakaratul digambarkan Rasulullah S.A.W Sebagian besar manusia melupakan “kematian”, hari dimana taubat sudah tidak diterima, perpisahan dengan orang-orang yang dicinta, harta tak berguna, hari dimana semua manusia pasti mengalaminya. Dan kita masih sering melakukan maksiat demi maksiat, lebih menikmati indahnya dunia dan terus-terusan terlena akhirnya terlupa untuk mencari bekal guna kehidupan di akhirat nanti.Kematian menngakhiri segala kecerdasan , kekuatan, kecantikan yang dimiliki oleh manusia. Allah telah menetapkan kematian pada segala yang hidup, seperti dalam firman-Nya:“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27).Kebanyakan manusia telah lalai dan menikmati segala kenikmatan dunia yang memabukkan. Banyak yang bergelimanag dalam dosa, kerakusan, keserakahan, dan mereka tidak menyadari akan kesalahan mereka itu hingga kematian menjemputnya. Rasulullah S.A.W bersabda: “ Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian”.(HR. Tarmidzi).Dengan banyak mengingat kematian, akan membuat diri seorang muslim temotivasi untuk lebih memperbanyak amal sholeh dan terhindar dari kemalasan, kemaksiatan, serta kelalaian. Kematian harusnya menjadi pengingat kita akan akhirat yang lebih kekal, dan sebagai kontrol agar kita tidak terlena akan kehidupan dunia.Rasulullah S.A.W bersabda: “ Ada tiga perkara yang mengikuti mayat sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalannya. Yang kedua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ingatlah, ketika saatnya kita dibaringkan dalam liang kubur. Malam pertama dalam kubur, malam yang sepi, tiada teman, keraat yang mau menemani. Tiada seorang pun yang mau menemani kecuali amalan kita. Amalan-amalan yang kita kerjakan di dunia akan mengantarkan diri kita kepada keleluasan atau kesempitan dalam kubur.Seorang sahabat bertanya; “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Nabi S.A.W lalu bersabda: “perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia...” (HR. Athabrani). Seharusnya adanya kematian orang-orang terdahulu menjadi peringatan bagi kita dan nasehat terbaik bagi kita yang masih hidup untuk membekali diri ini dengan amal sholeh untuk hari kelak.Apakah kita sudah siap menghadapi hari dimana “kematian” menjemput kita? Apakah kita sudah menyiapakan perbekalan untuk menyambut hari itu tiba? Oleh karena itu, mulai dai sekarang persiapkan perbekalan kita dengan memenuhi kehidupan kita dengan memperbanyak amal sholeh.Ya Allah berikan kemudahan kepada kami ketika sedang mengahadapi sakaratul maut, dan jadikan akhir kehidupan kami sebagai khusnul khotimah.

Hidayah dari nasehat kematian

www.mqmedia.com


Mar 23, '06 2:45 AMfor everyone
Maria Anastasia Dwi Eni Widiyastuti nama saya. Lahir di Yogyakarta, 25 Desember 1962, dari keluarga penganut Katolik yang taat. Sejak kecil hingga dewasa saya menuntut ilmu di sekolah Katolik. Ketaatan keluarga pada agama, membuat mereka tak menyukai ketika saya masuk islam, yang mana saya ikrarkan seorang diri di tengah malam tepat tanggal 13 September 1985, pukul 00.00. Meski tanpa saksi, saya yakin syahadat saya diakui Allah, karena saya yakin bahwa Allah itu Mahatahu.Keinginan saya menjadi Muslim, bermula dari rasa takut akan kematian. Dan perasaan takut itu seringkali timbul dan mengganggu hidup saya, sehingga saya sering bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang akan terjadi jika saya mati kelak ?”. “Apa kah ada kehidupan dalam kubur ?”. “Lalu, kalau ada kehidupan di alam kubur kelak , di manakah saya akan bermuara ?”. Sungguh, pertanyaan-pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab. Seringkali saya bertanya pada guru atau orang-orang yang faham tentang itu. Tetapi selalu saja jawaban-jawaban mereka tak pernah membuat saya puas. Di tengah kebimbangan hati ini, saya mencoba mempelajari semua agama dengan cermat dan teliti. Termasuk Islam yang menjadi agama saya saat ini. Dan, alhamdulillah, kepuasan atas jawaban tersebut saya temukan dalam Islam.Hijrah menjadi seorang Muslim bukan hal yang mudah bagi saya waktu itu. Karena selalu saja saya diliputi keraguan. Apalagi saya begitu yakin, kalau orang tua tak kan pernah menyetujui hijrahnya saya menjadi Muslim. Identitas keislaman tidak saya beritahukan pada siapapun. Termasuk pada keluarga. Karena perasaan takut masih menghantui saya. Bukan saja rasa takut melukai perasaan mereka, tapi rasa takut kalau mereka memusuhi saya juga kelak. Sehingga, dalam melakukan aktifitas keislaman seperti shalat, masih saya lakukan di dalam kamar terkunci dengan rukuh dan mukena pinjaman dari tetangga. Saya belajar shalat dari buku petunjuk shalat dan buku-buku Islam lainnya yang saya beli.Setelah sekian lama saya menyembunyikan keislaman ini, tiba-tiba suatu hari adik saya menemukan saya sedang shalat dzuhur di kamar. Ya, itu terjadi karena saya lupa mengunci pintu kamar saat saya shalat. Semula, saya mengancamnya agar tak memberitahukan tentang keislaman ini pada keluarga. Tapi, meskipun begitu, dia tetap melaporkannya kepada keluarga. Dan dugaan saya ternyata benar. Keluarga sangat marah dan kecewa atas keislaman saya.Saya akui, saya memang sangat mencintai keluarga. Terutama pada ibu, bapak dan kakak serta adik saya. Tapi, saya lebih mencintai Islam. Ketika mereka menyuruh agar saya keluar dari Islam, saya lebih memilih dimusuhi dan dijauhi mereka. Ya, walaupun saya tinggal satu atap bersama mereka, mereka tidak memberi saya makan, dan membiarkan saya untuk makan dan memenuhi kebutuhan saya sendiri. Tapi, alhamdulillah, akhirnya saya pun bisa memenuhi itu dari hasil beasiswa sekolah saya. Walaupun begitu, saya ikhlas menerima hal itu dengan lapang. Seperti biasanya, menjelang Hari Raya Idul Adha banyak kambing & sapi yang akan dijadikan qurban. Saya tdk tahu kenapa sapi yang baru saja diturunkan dari truk lepas dan masuk ke rumah saya. Mungkinkah sapi itu sengaja dikirim oleh Allah sebagai pelajaran buat saya ? Sapi tersebut masuk dan berdiam sejak Isya, dan baru keluar (meninggalkan rumah) pada jam 00.01. Dari peristiwa tersebut, saya bisa menangkap sebuah nasihat, “Kenapa saya tidak mau berkorban sebagaimana qurbannya kaum Muslimin dengan sapi itu ?”. Berqurban bagi saya bukan berqurban dengan harta benda yang tidak saya miliki. Tetapi pengorbanan diri saya, agar mampu menang gung semua resiko untuk mengumumkan keislaman saya kepada orang-orang. Sehingga saya tak perlu takut lagi akan teror dan ancaman yang kelak akan menimpa saya.Esok paginya, saat hari raya Idul Adha tiba, dengan rasa was-was saya langkahkan kaki menuju lapangan untuk mengikuti shalat Idul Adha. Benar dugaan saya, semua orang terkejut dengan kehadiran saya. Tatapan curiga yang tertuju ke wajah saya berasal dari berbagai arah. Dan saya maklumi itu. “Sekarang mbak Maria sudah masuk Islam ?”. “Nggak usah curiga, sebenarnya mbak Maria ini sudah lama masuk Islam !”, ujar seorang ibu tiba-tiba sambil merangkul saya. Saya senang dengan perkataan ibu itu, orang-orang yang ikut shalat Idul Adha mengangguk-angguk mendengar perkataan ibu tersebut.
Suatu hari, saya dikenalkan seseorang pada laki-laki bernama Edy Supranjono. Mas Edi juga seorang muallaf sama seperti saya. Pun dengan masalah yang ia hadapi saat ini, yaitu masalah keislaman yang banyak ditentang oleh pihak keluarga. Dan berkat kasih sayang Allah, akhirnya kami pun disatukan dalam satu ikatan pernikahan. Alhamdulillah, setelah saya berkeluarga bersama mas Edy, perasaan saya lega. Beban yang semula terasa berat di pundak saya, kini kami bisa saling berbagi. Ya, walaupun materi yang kami punya saat itu bisa dibilang sangat sedikit. Karena studio foto yang menjadi sumber mencari nafkah dan motornya diminta orang tua mas Edy, yang juga mertua saya.Walaupun hanya mengandalkan gaji kami hasil mengajar, kami masih bisa hidup bahagia. Apalagi, kebahagian itu terasa sempurna saat hadir sang buah hati anugerah Ilahi. Terimakasih ya Allah, kebahagiaan itu ternyata kau berikan pula pada kami. Walaupun kebahagiaan itu harus kami raih dengan darah dan keringat kami. Ya Allah, hanya kepada-Mu lah kami berserah diri. Tunjukkanlah jalan yang lurus buat kami, yaitu jalan keselamatan, dan tajamkan mata hati kami untuk melihat kebenaran dan kesalahan, hingga terang jalan kami untuk mengikuti-Mu.(sumber : MQMedia.com)

Nasehat kematian Oleh :Asiyah

www.asiyah2008.multiply.com

Demi masa yang berputa didunia, sungguh waktu berjalan sangat cepat.
Tanpa disadari oleh manusia, perputaran waktu demi waktu tidak disadari oleh logika manusia. Di satu sisi yang lain merupakan sunatullah manusia mengejar terus impian, obsesi, cita-cita, untuk menjadikan kehidupan yang baik di dunia. Oleh karena itu sebagai manusia yang berakal cerdas hendaklah berpikir, bahwa dibalik impian yang kita cita-citakan ada bahaya yang mengancam, sungguh suatu musibah apabila datang merampas kesenangan nan manisnya dunia.
Musibah yang merampas itu bernama kematian. Seorang anak manusia terus berlari mengejar impian, dia pun terus berlari menerobos kehidupan, hari demi hari kita lalui, bahkan bulan dan tahun pun menjadi saksi atas obsesi yang digapai manusia. Tapi sadarkah kita, semakin kita terus berlari maka semakin dekatlah kita kepada Sang Pemusnah Kenikmatan. Sungguh kematian merupakan ketetapan yang pasti, dan tidak ada tempat untuk berlindung dan berlari darinya.
Allah berfirman “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah, bagi Nyalah segla penentuan. Dan kepadaNyalah kamu dikembalikan”(Q.S Al Qashash:88)
Oleh Karena itu kematian itu berlaku pada yang hidup, baik itu anak kecil dan orang dewasa, laki-laki dan perempuan, penguasa dan rakyat jelata, sungguh kematian tidak mengetuk pintu permisi, tidak takut hijab, tidak menerima pengganti, tidak mengasihi yang kecil, tidak pula menghormati yang besar.
Betapa banyak seorang raja yang diambil ruhnya pada saat ia berada di atas kursi tahta kerajaannya, lalu raja itu pun berkata, “aduhai alangkah baiknya sekiranya aku seorang pembuat roti yang membuat roti untuk manusia, aduhai alangkah baikya sekiranya aku adalah tukang cuci atau tukang kayu, sehingga pertanggungjawaban ku sedikit atas diri manusia.
Betapa banyak pemuda yang tertipu oleh masa mudanya dan dilalaikan oleh angan-angan kosongnya. Dan dia sibuk dengan hawa nafsunya, sehingga kematian pun datang padanya. Ia pun berkata. “aduhai betapa ruginya aku pada hari-hari yang lalu, alangkah baiknya bila aku dahulu menjaga masa mudaku, mempergunakan kekuatanku untuk beribadah , dapat mendahulukan akalku daripada syahwat dan senda gurauku. Alangkah baiknya kiranya aku dahulu tidak menjadikan setan dan orang-orang jahat sebagai sahabatku”.
Demikianlah pada saat kematian tampaklah kerugian-kerugian, rintihan-rintihan, dan penyesalan-penyesalan dari pelaku tindak keburukan. Oleh karena itu sebagai manusia yang diberikan oleh Allah kekuatan akal yang baik, cukuplah kematian sebagai penasihat pribadi kita.
Oleh karena itu, jangan sampai kita tertipu oleh diri kita sendiri, renungkanlah kematian dan sekaratnya, sulit dan pahitnya suguhan maut. Janji kematian benar adanya. Cukuplah mati sebagai pengembara hati, penyebab cucuran air mata, pemisah jamaah, penghancur berbagai kesenangan, dan pemutus berbagai angan-angan.
Renungkanlah.. tentang hari kematianmu, perpindahan dari tempatmu dari tempat yang luas menuju tempat yang sempit, bekal apa yang kamu siapkan..dan bagaimana jika orang yang engkau sayangi pergi meninggalkanmu.
Allah berfirman “Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya. (Q.S.Qoff:19)
Kematian adalah nasehat yang baik, mudah-mudahan allah selalu menjaga kita dari sifat yang lalai, sehingga apabila masa itu tiba, kita termasuk orang-orang yang dijanjikan.

Cukup kematian sebagai nasehat Oleh: MUhammad Nuh

www.dakwatuna.com

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”
Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Jumat, 30 Januari 2009

Sakaratul Maut Dan kematian Mukmin Oleh : Abdullah Saleh Hadrami

www.pengusahamuslim.com

Sakaratul Maut dan Kematian MukminSegala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan pengikut mereka yang setia sampai hari kiamat, Amma ba’du:Sesungguhnya seorang hamba mukmin apabila hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah putih seakan wajah mereka ibarat matahari… Mereka membawa kafan dan parfum dari surga…Mereka duduk di samping calon mayit sejauh mata memandang…Kemudian datanglah Malaikat maut –Alaihis Salam dan duduklah di samping kepala calon mayit seraya berkata: “ Wahai jiwa yang baik, wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha dari Allah.”…Maka keluarlah ruhnya dengan lembut seperti air yang menetes dari bibir tempat air…Malaikat maut-pun mengambilnya…setelah Malaikat mengambil ruh itu maka segera di masukkan dalam kafan yang dari surga tersebut dan diberi parfum yang dari surga itu…Lalu keluarlah dari ruh itu bau yang sangat wangi seperti bau parfum yang paling wangi dimuka bumi ini…Ketika telah keluar ruhnya maka para Malaikat diantara langit dan bumi menshalatinya… Demikian pula semua Malaikat yang di langit…Dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit…Semua penjaga pintu tersebut berdoa kepada Allah agar ruh tersebut lewat melalui pintunya…Para Malaikat membawa ruh itu naik ke langit…Dan tiap-tiap melalui rombongan Malaikat mereka selalu bertanya: “Ruh siapa yang wangi ini?”…Para Malaikat yang membawanya menjawab: “Ini ruhnya Fulan bin Fulan”, sambil menyebutkan panggilan-panggilan terbaiknya selama di dunia…Malaikat yang membawanya menyebutkan kebaikan-kebaikannya selama di dunia…Kebaikan-kebaikannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan dengan alam semesta… Tatkala telah sampai di langit dunia para Malaikat meminta di bukakan pintunya…Malaikat penjaga pintu langit membuka pintu itu…Kemudian semua Malaikat yang ada ikut mengiringi ruh itu sampai ke langit berikutnya hingga berakhir di langit ke tujuh….Lalu Allah berfirman: “Tulislah catatan amal hamba-Ku di Illiyyiin! “Tahukah kamu apakah Illiyyiin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis (untuk mencatat amal orang yang baik)” (QS. Al-Muthaffifiin: 19-20)….Ditulislah catatan amalnya di Illiyyiin…Kemudian dikatakan: “Kembalikanlah ia ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka bahwa Aku menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka kepadanya serta membangkitkan mereka darinya pula pada kali yang lain”… Ruh itu-pun dikembalikan ke bumi dan ke jasadnya…Ketika telah dikebumikan ia mendengar suara alas kaki orang-orang yang pulang dari mengantarkan jenazahnya…Sekarang ia sendirian di kuburnya…Gelap…Sempit…Pengap…Ada cacing…Ada kalajengking….Kemudian datanglah dua Malaikat, Munkar dan Nakir, yang sangat keras…Kedua malaikat itu membentaknya serta mendudukkannya seraya bertanya: “Siapa Rabb-mu?” Ia menjawab: “Rabb-ku adalah Allah.”…Malaikat bertanya lagi: “Apa dien-mu?” Ia menjawab : “Dien-ku adalah Islam.”…Kedua Malaikat tersebut bertanya lagi: “Siapa orang yang diutus kepadamu?” Ia menjawab: “Dia adalah Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam.”…Malaikat bertanya lagi: “Apa amalmu?” Ia menjawab: “Aku membaca Kitab Allah, mengimani dan mengamalkannya.”…Malaikat tersebut membentaknya lagi: “Siapa Rabb-mu? Apa dien-mu? Dan siapa Nabi-mu?”…Itulah ujian terakhir yang menimpa orang mukmin…Allah berfirman: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (dua kalimat syahadat) dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27)…Ia-pun menjawab: “Rabb-ku adalah Allah, dien-ku adalah Islam dan Nabi-ku adalah Muhammad –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam.”…Lalu ada seruan dari langit: “Hamba-Ku benar, berilah ia hamparan dan pakaian dari surga serta bukalah untuknya pintu surga.”…Datang dan sampai kepadanya kebahagiaan dan wangi surga…Kuburnya diluaskan sejauh mata memandang….Kemudian datang kepadanya seorang yang berwajah baik, berpakaian indah dan baunya wangi seraya berkata: “Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkan anda, kabar gembira dengan ampunan dari Allah dan surga yang penuh dengan kenikmatan selamanya, ini adalah hari yang dijanjikan kepada anda.”…Ia-pun bertanya: “Siapa anda ?, semoga Allah memberi kabar gembira kepada anda. Wajahmu mendatangkan kebaikan.”…Orang tersebut menjawab: “Aku adalah amal salehmu. Demi Allah, anda selalu bersegera dalam taat kepada Allah dan lambat dalam maksiat kepada Allah, lalu Allah-pun membalasi anda dengan kebaikan pula.”…Kemudian dibukakan untuknya pintu surga dan neraka seraya dikatakan: “Ini (neraka) adalah tempatmu jika kamu bermaksiat kapada Allah, Allah telah menggantinya dengan ini (surga).”…Tatkala ia melihat kedalam surga, ia-pun berkata: “Ya Allah segerakanlah kiamat, agar aku kembali kepada keluargaku dan hartaku.”…Lalu dijawab: “Tenanglah (di kubur ini dulu)”…Ia ingin segera kiamat agar bisa segera masuk ke dalam surga yang telah diperlihatkan kepadanya dan agar supaya bisa berkumpul dengan semua keluarganya kembali…Tapi, Allah telah menetapkan bahwa seseorang harus tinggal di kubur dulu, di alam barzakh, sampai kiamat besar…Setelah itu dihisab dan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuantannya…Orang beriman akan masuk ke dalam surga…Memandang Wajah Allah Yang Maha Mulia…Mendapatkan Ridha Allah dan Allah tidak akan pernah lagi murka kepadanya selamanya…Inilah perjalanan hidup yang pasti kita lalui…Ini bukan dongeng, tapi kenyataan…Percaya atau tidak?...Semoga bermanfaat…Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang mendatangkan benacana…Ampunilah dosa-dosa kami yang merubah karunia…Ampunilah dosa-dosa kami yang menurunkan bala'…Ampunilah dosa-dosa kami yang menghalangi doa…Ampunilah semua dosa yang telah kami lakukan dan semua kesalahan yang telah kami kerjakan…Ya Allah, sungguh kami telah menganiaya diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang merugi…Ya Allah, kami telah beriman kepadaMu, ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari api neraka…Ya Allah, permudahlah sakaratul maut kami…Jadikanlah kematian kami husnul khotimah…Tolonglah kami agar kami mampu menjawab fitnah kubur dengan baik dan benar…Luaskan alam kubur kami seluas-luasnya sejauh mata memandang…Jadikanlah alam kubur kami sebagai taman diantara taman-taman surga…Permudahlah hisab kami…Masukkanlah kami ke dalam surgaMu…Berilah kami rizki memandang WajahMu Yang Maha Mulia…Berikanlah kepada kami RidhaMu yang Engkau tidak akan pernah lagi murka kepada kami setelah itu selamanya….Ya Allah, kami mohon kepadaMu ridhaMu dan surgaMu…Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari murkaMu dan nerakaMu…Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan pengikut mereka yang setia sampai hari kiamat dan segala puji hanya bagi Allah.Abdullah Saleh HadramiMalang, Senin 4 Rajab 1429 / 7 Juli 2008

Kematian Nasehat Kehidupan Oleh :Amril Taufik Gobel



Almarhum Ilham (Baju merah ), duduk dengan saya (Amri Taufik Gobel) disebuah acara Bazaar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNHAS, sekitar bulan Juli tahun 1992
Judul posting diatas diucapkan oleh Agus Kuncoro Adi, pemeran Azzam pada sinetron “Para Pencari Tuhan Jilid 2″ di SCTV kemarin subuh (Rabu, 10/09). Sebuah ucapan yang cukup menghentak kesadaran dan menjadi ironi, terlebih ketika itu, saya baru saja tertawa terpingkal-pingkal saat Bang Jack (Deddy Mizwar) memperagakan cara menghadapi mati “yang baik dan benar” kepada ketiga anak angkatnya Chelsea, Barong dan Juki (Grup Lawak Bajaj). Ucapan Azzam itu begitu menggetarkan dan membuat saya duduk terpaku di kursi. Termenung dalam diam.
Saya tiba-tiba terkenang pada salah seorang sahabat saya, rekan satu angkatan di Teknik Mesin UNHAS, yang telah lebih dulu “pergi” menghadap sang Pencipta, Ilham (1970-2003).
Kepedihan mendalam saya rasakan saat menerima kabar kematian Ilham disebuah siang yang lengas tahun 2003. Di ujung telepon, Arief Muqarrabin, rekan satu angkatan saya dan juga pasangan satu skripsi Ilham mengabarkan kabar duka itu. Suaranya bergetar menahan keharuan. Tenggorokan saya tercekat, tak sabar mendengar berita yang akan disampaikan. “Fik, Ilham telah wafat, tadi malam karena kecelakaan kerja di Jambi”, ujar Arief pelan. Kami mendadak tercekam dalam sebuah kebisuan panjang. Dada saya terasa sesak, begitu deras rasanya kesedihan dan keharuan melanda hati. Saya hampir tak bisa berkata apa-apa lagi. Nyaris tak percaya rasanya, sahabat akrab saya itu wafat dalam usia relatif muda.
Terbayang wajah Ilham, yang oleh kami kawan-kawan seangkatannya–dengan tega–telah menjulukinya sebagai si Douglas, karena wajahnya mirip sekali dengan petinju kelas berat dunia James Buster Douglas. Jadilah ia dipanggil sebagai Ilham Douglas.Tapi lelaki bertubuh jangkung ini tak mempermasalahkan itu. Malah dengan gaya kocak dan jenaka ia menirukan gaya sang Petinju didepan kami semua saat menunggu waktu kuliah tiba. Kami yang menyaksikan tertawa berderai.
Dengan motor Vespa warna merahnya, Ilham tak pernah lupa menawarkan jasa pada saya untuk ikut bersamanya kedepan gerbang kampus dan dari sana saya dapat meneruskan perjalanan ke rumah di Maros dengan Pete-Pete (angkot) yang berjarak kurang lebih 20 km dari kampus UNHAS.
“Daripada kamu jalan kaki, mending ikut saya aja. Lumayan jauh lho dari kampus kita ke gerbang depan,” begitu katanya dengan ramah. Saya mengangguk. Memang, jarak kampus teknik ke gerbang depan sekitar 1,5 km, dan jika ditempuh dengan berjalan kaki memang cukup melelahkan.
Pada sebuah kesempatan, Ilham pernah memperingatkan saya untuk menjaga kesehatan dan tidak terlalu sering begadang di kampus. “Jaga kesehatanmu, Fik. Jangan begadang melulu di kampus. Kalau sakit nanti gak bisa kuliah,” katanya disela-sela deru motor Vespa merahnya yang fenomenal. Rasa kesetiakawanan yang kental begitu nyata pada sosok lelaki pendiam dan murah senyum ini.
Saya menghela nafas panjang, mencoba melepaskan himpitan rasa haru. Arief menjelaskan, bersama beberapa rekan-rekan kami seangkatan yang berdomisili di Jakarta, Jenazah Ilham akan diantar ke bandara Soekarno Hatta dan untuk selanjutnya dibawa dengan pesawat pertama kembali ke Makassar.
Di Bandara Hasanuddin Makassar nanti, jenazah Ilham disambut dan dibawa oleh rekan-rekan kami seangkatan yang ada disana kemudian diantar ke rumah duka di Pangkep yang berjarak kurang lebih 50 km dari Makassar, tempat dimana sahabat tercinta kami itu dimakamkan. Ilham meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan, yang saat ia wafat masih berumur 3 bulan. Saya tak dapat ikut waktu itu karena Rizky, anak tertua saya sedang sakit dan tengah dirawat di Rumah Sakit Siaga Pejaten Pasar Minggu.
Kematian memang sesuatu yang niscaya yang bakal kita alami.
Tak ada seorangpun dapat menduga, kapan dan bagaimana ajal itu tiba. Serta tak ada seorangpun yang bisa dapat menunda datangnya “kiamat kecil” ini. Dan sebagai sebuah nasehat kehidupan, kematian mengajarkan kita untuk senantiasa berusaha melakukan yang terbaik agar kehidupan yang kita jalani menjadi lebih bermakna, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Terutama lagi yang paling penting adalah menjadi hamba Allah yang taat dan bertakwa sehingga kita memiliki “bekal” yang memadai saat menghadapNya dengan “khusnul khatimah”.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa mengingat kematian, sehingga kelak, kemuliaan dunia dan akhirat dapat diraih sekaligus ketika saat itu datang. Amin.
Berbagi

Cukup kematian sebagai nasehat oleh : Adni Abu Faris an-Nur

http://www.adniku.wordpress.com/


Tema pembicaraan kali ini adalah mengenai sebuah ayat al-Qur’ān yang sekiranya diturunkan kepada gunung niscaya luluh lantak; yang apabila direnungkan oleh pembacanya maka hatinya bergetar ketakutan dan air matanya mengalir; yang jika dihayati oleh orang yang bergelimang maksiat maka ia bertaubat; serta bila dipahami oleh siapa saja yang berpaling dari seruan Allāh maka ia pun bersegera kepadanya-Nya. Ayat yang menyebutkan tentang pintu gerbang dari sebuah perjalanan panjang nan berat….
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Āli `Īmrān [3]: 185.)
Kematian adalah langkah awal dari perjalanan agung yang memisahkan suami dari istrinya, orang tua dari anaknya, kekasih dari yang dicintainya dan saudagar dari kekayaannya. Perjalanan yang bermuara kepada keabadian; kenikmatan Surga atau kesengsaraan Neraka. Kematian merupakan hal yang diyakini namun sering kali sengaja dilupakan atau terlupakan; perkara yang diketahui akan tetapi begitu banyak diabaikan. Karena itulah, Nabi—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—mengingatkan,
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ - يَعْنِي الْمَوْت
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” [Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2307, Ibn Mājah II/1422/4258, dan lain-lain.]
Dalam rangka mengingat kematian Nabi—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—menganjurkan ziarah kubur. Beliau bersabda,
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ
“Dahulu aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur. Namun saat ini lakukanlah ziarah kubur, karena hal itu mengingatkan kalian terhadap akhirat.” [Ash-Shahīhah II/545/886.]
Dahulu, jika Khalīfah `Utsmān Ibn `Affān berdiri di daerah kuburan maka beliau menangis hingga basah jenggot beliau. Ada yang bertanya, “Disebutkan Surga dan Neraka namun Anda tidak menangis, maka mengapa Anda menangis karena kuburan ini?” `Utsmān menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
“Sungguh, kubur merupakan tempat pertama dari akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka yang berikutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat, maka yang berikutnya akan lebih keras lagi.”
`Utsmān melanjutkan, “Rasulullah—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—juga bersabda,
مَا رَأَيْتُ مَنْظَراً قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
“Tidaklah aku melihat suatu pemandangan pun (di dunia) melainkan kuburan lebih buruk darinya.” [Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2308; Ibn Mājah II/1426/4267; Ahmad I/63/454; dan lain-lain.]
Suatu ketika `Ali Ibn Abī Thālib melewati daerah pekuburan. Beliau mengucapkan salam lalu berkata, “Wahai para penghuni kubur, istri kalian maka telah dinikahi, rumah kalian telah dihuni dan harta kalian telah dibagi. Inilah kabar dari kami, maka bagaimana kabar kalian?” [Tasliyah Ahl al-Mashā'ib, hal. 194 dan al-`Āqibah fī Dzikri'l Maut, hal. 196.]
Nabi—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—pernah ditanya, “Siapakah yang paling cerdik dari kalangan kaum mukminin?” Beliau menjawab,
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولئِكَ الْأَكْيَاسُ
“Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdik.” [Shahīh at-Targhīb wa't Tarhīb III/164/3335.]
Ulama Salaf berkata,
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.” [Lihat Shifah ash-Shafwah vol. I, hal. 639; al-`Āqibah fī Dzikri'l Maut, hal. 43; dan al-Ihyā', vol. IV, hal. 450. Adapun hadits Nabi s.a.w. dengan lafal dimaksud, maka tidak valid.]
Ka`b berkata, “Barangsiapa mengenal kematian, niscaya menjadi remehlah segala musibah dan kegundahan dunia.” [Al-Ihyā', vol. IV, hal. 451.]
Terkadang seseorang menyadari tengah jauh dari-Nya, sehingga terpuruk dalam kehampaan jiwa yang demikian menyakitkan, meskipun secara zahir dikelilingi oleh kenikmatan duniawi. Ia ingin keluar dari kondisi tersebut, namun ia bingung untuk mencari penawar yang praktis dan tepat. Mengingat kematian adalah kunci dari obat rohani yang sangat efisien dan ampuh. Apapun bentuk kesenangan yang melenakan dan menjauhkan dari-Nya, baik berupa harta, wanita, jabatan, anak-anak dan lain sebagainya, seluruhnya akan terputus oleh kematian.
Salah satu penyebab utama kerusakan kalbu yang menimpa banyak orang sehingga mereka terjerumus ke dalam kubangan dosa dan maksiat adalah karena jauhnya mereka dari mengingat dan menghayati kematian yang menanti di depan mereka. Karena itu Rabī` Ibn Abī Rāsyid berkata,
لَوْ فَارَقَ ذِكْرَ الْمَوْتِ قَلْبِيْ سَاعَةً لَخَشِيْتُ أَنْ يَفْسدَ عَلَيَّ قَلْبِيْ
“Sekiranya kalbuku terpisah sesaat saja dari mengingat kematian, maka aku benar-benar khawatir kalbuku menjadi rusak.” [Lihat Shifah ash-Shafwah, vol. III, hal. 109; dan az-Zuhd, Ibnu'l Mubārak, hal. 90. Dalam al-Ihyā', vol. IV, hal. 451, ucapan tersebut dinisbatkan kepada ar-Rabī` Ibn Khutsaim, namun yang tepat adalah sebagaimana telah disebutkan. Allāhu a`lam.]
Seorang wanita pernah mendatangi `Āisyah untuk mengeluhkan tentang kekerasan kalbu. `Āisyah berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya kalbu itu akan menjadi lembut (baik).”
Dikisahkan bahwa ar-Rabī` Ibn Khutsaim menggali kuburan di tempat tinggalnya dan tidur di dalamnya beberapa kali dalam sehari, agar selalu mengingat kematian.
`Umar Ibn `Abdu’l `Azīz berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian. Sekiranya engkau hidup dalam kelapangan maka hal itu akan menyempitkanmu. Namun apabila engkau hidup dalam kesempitan maka hal itu akan melapangkanmu.” [Al-Ihyā', vol. IV, hal. 451.]
Tidak cukupkah kematian sebagai nasehat? Bayangkanlah ketika datangnya kematian dengan sekaratnya, alam kubur dengan kesunyian dan kegelapannya, hari kebangkitan dengan detail perhitungannya, serta Neraka dengan siksanya yang kekal atau Surga dengan kenikmatannya nan abadi.
Kita masih saja terperdaya oleh kelezatan dunia yang fana. Saat kematian membawa kita ke kubur, adakah kenikmatan dunia yang masih terasa? Semuanya musnah tak berbekas. Mana rumah yang megah, pakaian yang indah, wajah yang rupawan, tubuh yang bagus, istri yang jelita, kekasih yang dicintai, anak yang dibanggakan, jabatan yang tinggi dan kedudukan yang terhormat? Kita terbenam dalam tanah. Di atas, bawah, kanan dan kiri kita hanyalah tanah. Tiada kawan kecuali kegelapan yang sangat pekat, kesempitan dan serangga yang menggerogoti daging kita. Kita benar-benar mengharapkan kumpulan amal shalih yang mendampingi dan membantu kita, namun sayangnya harapan dan penyesalan tidak lagi berguna.
Kita menganggap kematian itu berada pada posisi yang sangat jauh dari kita, padahal ia begitu dekatnya. Waktu berlalu bagaikan kedipan mata. Masa kecil dan remaja bertahun-tahun yang lalu hanyalah bagai hari kemarin, dan tanpa terasa kita telah berada di hari ini. Begitu pula yang akan terjadi dengan esok hari. Sampai kemudian kematian tiba-tiba datang menjemput kita untuk mengarungi sebuah perjalanan yang sangat penjang dan berat, sementara kita belum memiliki bekal untuk itu, karena kesengajaan dan kelalaian kita.
Semoga ada manfaatnya.
Salam,
Adni Abu Faris an-Nur

Bius mati.....Oleh : H. zulhendri zk is

www.zulhendri-zk-is.blogspot.com


Tidak ada satu umatpun yang mapu mendahului ajalnya dan tidak ada satu umatpun yang mapu mengakhiri ajalnya (Al hijir 5 )


Ayat ini jelasa sekali mengatakan kepada kita bahwa kematian tidak pandang usiausia dan tidak pandang kesehatan. Siapapun dia punya kesempatan yang sama untuk menemui ajalnya..tidak karena tua atau dikarenakan sakit..karena jelas Allah katakana siapapun tidak punya kemapuan untuk mengundur kematiannya atau mempercepat kematiannya..Kita semua dapat informasi yang pasti bahwa mati itu sakit dan di balik kematian itu lebih sakit lagi..makannya banyak yang takut mati dan tidak mau membicarakan mati..aneh memang tahu bahwa akan mati, tahu bahwa mati itu menyakitkan tapi tidak mau membicarakan kematian..Seminar Hidup sukses banyak kita lihat, tapi seminar Mati sukses tidak pernah diseminarkan dan jarang dibicarakan.Maka izinkan kami membicaraka dan memberi resep mengenai mati yang sukses. Kami akan memberikan bius agar tidak terasa sakitnya mati.sesorang tidak akan merasa sakit ketika diamputasi kakinya disebabkan sebelum di amputasi dia telah di bius, begitu juga dengan mati, kita tidak akan merasa sakitnya mati kalau kita telah di bius.Bius mati adalah Radiallahu anhu waradu anhu (orang yan reda dengan apapun keputusan Allah dan Allah reda dengan apa yang dikerjakannya ) dan berbeda bius mati dengan bius ketika mau operasi..bius sebelum operasi menyebabkan tidak terasanya sakit ketika anggota tubuh dipotong tapi setelah itu akan terasa sakiat apabila pengaruh bius telah habis...tapi bius mati..yang kita maksudkan disini bius yang menyebabkan kita tidak merasakan sakitnya mati dan sakitnya setelah kematian kitaKetika malikat mau menghampiri kita dan mengambil nyawa kita pada saat itu terdengar seruan…Ya aiyattuhan nafsul mutmainnah…irjii ila rabbiki radiatan mardiyah fadkuli fi ibadi wadkuli jannati hai nafsu yang tunduk kembalilah kepada tuhanmu masuklah kamu kedalam golongan hambaku dan masuklah kedalam surgaku…

bayangan surga yang indah membius kita sehingga tidak terasa nyawa kita telah dijabut oleh malaikat..Jadi mulai sekarang kita pastikan apapun yang kita kerjakan Allah redha, Dan Apapun yang Allah timpakan kepada kita, kitpun reda,

Renungan Takzih oleh : Syofyan Hadi Mag

http://www.syofyanhadi.blogspot.com/

Dalam surat Thaha [20]: 120, Allah swt. berfirmanفَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَاآدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىArtinya: “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (hidup yang kekal) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”.Itulah dua senjata syaithan yang sukses dipergunakannya untuk mengeluarkan Adam as. dari sorga. Kedua senjata itu juga yang kemudian sampai hari kiamat akan dipergunakan syaithan untuk menggelincirkan manusia dari jalan Allah. Senjata itu adalah hidup yang kekal dan kekuasaan yang tidak akan pernah hilang. Kenapa kedua hal itu yang dijadikan senjata ampuh bagi syaithan untuk menggoda manusia? Jawabannya adalah bahwa syaithan persis tahu bahwa kedua hal itu adalah keinginan terbesar setiap manusia. Adalah naluri setiap manusia, mendambakan hidup yang kekal dan tidak akan pernah mati. Begitu juga, sudah fitrah manusia kalau dia menginginkan jabatan, kekuasaan, kedudukan yang tidak akan pernah hilang, berhenti dan habis. Jika manusia memiliki suatu kekuasaan, dipastikan dia tidak akan pernah ingin kekuasaan itu berakhir dari tangannya. Namun demikian, dua hal yang menjadi keinginan manusia tersebut, tidak akan pernah bisa diwujudkan. Sebab, Allah telah menciptakan hukum-Nya untuk menepis keinginan manusia itu. Keinginan pertama berupa kekekalan, Allah tepis dengan hukum-Nya yang berupa kematian. Allah telah menciptakan ketentuan, bahwa semua yang bernyawa dan pernah merasakan kehidupan, akan berakhir dengan kematian. Seperti yang disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]: 185كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِArtinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”Keinginan manusia yang kedua berupa kekuasaan yang tidak akan pernah hilang dan lenyap, Allah swt. menepisnya dengan menciptakan hukum keterbatasan. Semua yang ada selain Allah, adalah bersifat terbatas dan sementara. Suatu ketika, ia akan hilang, habis dan lenyap. Begitulah yang disebutkan dalam surat Ar-Rahman [55]: 26-27كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ(26)وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ(27)Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26). Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27).”Oleh karena itu, apa yang kita hadapi dan kita saksikan hari ini, yaitu kematian yang mendatangi salah seorang saudara kita adalah dalam rangka memenuhi hukum yang telah ditetapkan Allah untuknya. Namun demikian, hal yang mesti kita sadari dan yakini adalah, bahwa kematian yang didatangkan Allah kepada manusia pastilah memiliki maksud dan tujuan yang besar. Dan yang pasti, bahwa tujuannya adalah kebaikan bagi manusia itu sendiri. Sebab, tidak ada yang datang dari Allah berupa keburukan. Kalaupun itu terlihat buruk dan menyakitkan, hanyalah karena keterbatasan manusia dalam memandangnya. Tujuan kematian itu sendiri disebutkan Allah dalam surat Al-Mulk [67]: 2الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُArtinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Kematian dalam ayat di atas, Allah sebutkan sebagai bentuk ujian bagi manusia. Ada hal yang mesti kita sadari, bahwa ketika kita menyebut kata “ujian” maka pastilah setiap ujian bertujuan baik. Karena, tidak ada satupun ujian yang bertujuan buruk apalagi merugikan. Seorang siswa tidak akan pernah naik ke tingkat kelas yang lebih tinggi tanpa melalui ujian. Seorang siswa tidak akan berobah sebutannya menjadi mahasiswa sebagai tingkat pelajar tertinggi, tanpa melewati serangkian ujian. Seseorang yang sebelumnya berstatus pengangguran dan tidak memiliki pekerjaan, baru akan memperoleh pekerjaan dan penghasilan tetap setelah melewati serangkain ujian, begitulah seterusnya. Oleh karena itu, kematian di samping disebut musibah, namun pada saat yang sama ia adalah karunia dan nikmat dari Allah yang mesti “disyukuri”. Bukankah Allah mengecam manusia yang masih kafir kepadsa-Nya, dengan menyebut nikmat kematian dan kehidupan yang telah mereka terima? Lihatlah firman-Nya dalam surat al-Baqarah [2]: 28كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَArtinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”Kematian sebagai ujian yang bermuara pada kebaikan, juga disebutkan Allah swt. dalam surat al-Baqarah [2]: 155وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَArtinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Baik dalam surat al-Mulk [67]: 2 maupun dalam surat al-Baqarah [2]: 155, Allah menyebutkan bahwa kematian adalah ujian bagi “kamu” semua. Kata “kamu” di sini mencakup dua hal. Pertama, kamu yang mati dan kedua kamu yang hidup. Dengan demikian, kematian adalah nikmat dan kebaikan bagi setiap yang mengalami kematian dan kebaikan bagi yang masih hidup.Kematian adalah nikmat bagi yang mengalaminya, karena dengan kematian itulah dia bisa menjadi makhluk yang sempurna. Sebab, tidak akan pernah ada manusia yang sempurna sebelum melewati kematian. Oleh karena itulah, kematian tidak hanya disebutkan Allah dengan kata maut, akan tetapi juga dipakai kata wafat yang secara harfiyah berarti sempurna. Seperti firman Allah dalam surat az-Zumar [39]: 42اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَArtinya: “Allah memegang (menyempurnakan) jiwa ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”Oleh karena itu, kematian merupakan proses kehidupan yang dilalui manusia untuk menuju kesempurnaan hidup. Sebab, perpindahan dari satu alam ke alam lain, betujuan agar manusia lebih sempurna untuk kehidupan berikutnya. Dulu ketika di alam arwah, manusia belum disebut makhluk sempurna, lalu Allah swt pindahkan ke alam rahim. Di alam rahim manusia juga belum sempurna, maka Allah swt. pindahkan ke alam dunia. Di dunia manusia juga belum sempurna, kemudian Allah swt pindahkan ke alam akhirat melalui proses kematian. Begitu juga yang terjadi dengan makhluk lain, misalnya ayam yang masih dalam telur, belum lagi sempurna menjadi ayam. Kesempurnaannya baru terjadi setelah perpindahan dari “alam telur” ke alam dunia.Dengan demikian, pada hakikatnya kematian adalah sebuah nikmat dari Tuhan dan salah satu bentuk wujud kasih sayang-Nya kepada manusia. Sebagai bukti bahwa kematian adalah nikmat Tuhan, bukankah setiap bangun tidur kita selalu mengucapkan;الحمد لله الذي أحيانا بعد ما اماتنا واليه النشورArtinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita, dan kepada-Nya juga kembali.”Tidur yang merupakan bagian kecil dari bentuk kematian, dirasakan manusia sebagai suatu kenikmatan yang begitu berharga, karena betapa tersiksanya manusia jika tidak bisa tidur. Maka kematian yang sesungguhnya, tentulah jauh lebih nikmat dari tidur yang dirasakan manusia. Sangat tepat, jika Allah swt mencela manusia yang tidak memahami dan bersyukur terhadap nikmat kematian tersebut. Seperti yang disebutkan Allah dalam surat al-Baqarah Oleh karena kematian adalah sebuah nikmat, maka tidaklah sepantasnya manusia takut dan menghindarkan diri dari padanya. Sebab, siapa yang lari dari kematian berarti dia tidak menginginkan kesempurnaan atas dirinya. Yang terbaik adalah melakukan persiapan yang sempurna guna menghadapi proses kematian tersebut. Kematian adalah gerbang menuju akhirat, yang disebut Allah swt sebagai kehidupan yang lebih sempurna. Seperti yang terdapat dalam surat al-‘Ankabut [29]: 64وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَArtinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”Semenrata “kamu” yang hidup terbagi dua; pertama keluarga dan karib kerabat dari yang meninggal, dan kedua manusia lain yang tidak punya ikatan kekerabatan. Adapun kematian menjadi nikmat bagi keluarga yang ditinggalkan adalah, bahwa melalui kematian yang menimpa anggota keluarganya itulah mereka bisa mendapatkan tiga keuntungan yang besar dari Allah. Tentu saja jika mereka bisa bersabar terhadap apa yang menimpa mereka. Itulah yang disebutkan Allah swt. dalam surat al-Baqarah [2]: 156-157الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ(157)Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (156). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157)”.Itulah tiga janji Allah terhadap anggota keluarga yang sabar menerima kematian; salawat dari Allah, rahmat dan petunjuk-Nya. Inilah tiga karunia Allah yang sangat berharga, dan belum tentu semua makhluk bisa memprolehnya. Selanjutnya kematian menjadi nikmat bagi orang lain adalah, bahwa dengan kematian itu Allah memberikan pelajaran-Nya yang sangat berharga. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw. pernah bersabda وكفى بالموت وعظاArtinya: “Cukuplah kiranya kematian menjadi pelajaran bagi kamu”.Dengan menyaksikan kematian orang lain, yang masih hidup harus menyadari bahwa kitapun akan mengalami hal yang sama. Hanya waktunya saja yang tidak bisa diketahui. Dan yang mesti kita sykuri adalah, bahwa Allah masih berkenan memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri dengan beramal. Dan itu adalah kesempatan yang mesti dipergunakan sebaik-baiknya. Dalam hadist lain Rasulullah saw. bersabda:أكيس الناس أكثرهم ذكرا للموت وأشدهم استعدادا له Artinya: “Manusia yang paling cerdas adalah manusia yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya menghadapi kematian.” Iangtlah! bahwa yang tidak punya persiapan menghadapi kematian, mereka akan sangat ketukutan ketika kematian datang kepada mereka. Bahkan, meminta kepada Allah agar ditangguhkan kematiannya beberapa saat untuk bisa mempersiapkan diri. Namun, hal itu tidak mungkin diberikan Allah, disebabkan ajalnya sudah datang (Q.S . an-Nahl [16]: 61 dan juga al-Munafiqun [64]: 11). Bahkan, setelah sampai di alam barzakhpun nanti, orang yang kafir atau kelompok yang tidak punya persiapan dengan kematian meminta kepada Tuhan agar bisa dikembalikan ke dunia. Seperti yang terdapat dalam surat al-Mu’minun [23]: 99-100حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ(99)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ(100)Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) (99). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan (100).” Tidak cukup hanya sampai di situ, setelah berada di bibir nerakapun, mereka meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia untuk bisa beramal. Namun, hal itu tetap hanyalah sebuah kesia-siaan belaka. Ungkapan mereka disebutkan Allah dalam surat Fathir [35]: 37وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍArtinya: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”

Hikmah Kematian oleh : Harun Yahya

www.harunyahya.com


Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.
Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.
Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?
Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.