Jumat, 27 Februari 2009

Antrian Mati

Antrian Mati

Seperti biasa sehabis pulang kantor aku tiba di rumah langsung duduk ber­santai sambil melepas penat. Seperti biasa pula aku sangat enggan untuk membersihkan diri dan malas mengerjakan sholat. Sementara anak-anak dan istriku sedang berkumpul di ruang tengah. Dalam kelelahan tadi, aku disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi-sepoi yang meng­hembus tepat di mukaku. Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya berjubah putih dengan tongkat di tangannya, tiba-tiba sudah berdiri tegak di depanku. Aku sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba itu.

Sebelum sempat bertanya siapa dia, tiba-tiba dadaku terasa sesak... sulit untuk bernafas.... Aku paksakan untuk dapat menghirup udara sebisanya. Terasa ada sesuatu yang berjalan pelan-pelan dari dadaku terus berjalan kekerongkonganku... sakittt sakit sekali rasanya. Keluar airmataku menahan rasa sakitnya....

Oh Tuhan ada apa dengan diriku….

Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, "sesuatu" tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku kkhh.... khhhh... ke­rongkonganku berbunyi. Amat teramat sakit rasanya. Badanku gemetar... peluh keringat mengucur deras.... mataku terbelalak air mataku seolah tak berhenti. Tangan dan kakiku kejang-kejang.

Akhirnya "sesuatu" itu pun meninggalkan aku. ku melihat ia dibawa oleh orang misterius itu pergi berlalu begitu saja…. Hilang dari pandangan. Namun setelah itu aku merasa tubuhku jauh lebih ringan, tidak seperti biasanya.

Akuu heran... istri dan anak-anakku yang sedari tadi ada di ruang tengah, tiba-tiba terkejut berhamburan ke arahku. Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku tepat di bawah sofa yang kududuki tadi. Badannya dingin kulitnya membiru. Siapa dia dan engapa anak-anak dan istriku memeluknya sambil menangis... Mereka menjerit...histeris, terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi.

Siapa dia gerangan ?

Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.... diadia dia mirip dengan aku....ada apa ini Tuhan......................... Aku menarik tangan istriku tapi tak mampu…. Aku mencoba merangkul anak-anakku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku. Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini. Aku mulai berteriak…..tapi mereka seolah tak mendengarkan aku. Seolah mereka tak melihatku. Dan mereka terus menerus menangis....aku sadar.... aku sadar bahwa orang misterius tadi telah membawa rohku. Aku telah mati... aku telah mati!

Aku telah meninggalkan mereka .

Tak kuasa aku menangis....berteriak.

Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku.

Aku sangat sedih….

Selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan untuk membimbing mereka. Tapi waktuku telah habis masaku telah terlewati aku sudah tutup usia pada saat aku terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja.

r

Sungguh bila aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, kapan saatnya beribadah, dan kapan bersama keluarga. Aku menyesal aku terlambat menyadarinya, apalagi aku mati dalam keadaan belum sholat.

Ohh Tuhan , jika kau ijinkan aku hidup kembali, aku akan bersimpuh, mengakui segala dosa dan berbuat kebaikan sehingga bila maut menjemputku kelak, aku berani menengadahkan wajahku kepada-Mu...

Disadur dari Sentuhan Kalbu Melalui Kultum hal 288 - 290